Rabu, 23-11-2005
Medan Bisnis – Jakarta
Perkembangan dunia arsitektur yang cukup pesat saat ini diyakini banyak pihak akan mendukung laju perkembangan sektor properti. Lebih dari itu, kemajuan di bidang arsitektur bisa menjadi sebuah kebanggaan bangsa karena menjadi simbol kemajuan sebuah negara.
Sementara itu, masuknya banyak arsitek dari manca negara yang merancang bangunan gedung di Indonesia membawa sebuah kekhawatiran tersendiri, khususnya di kalangan arsitek lokal. Sebab rancangan yang dibuat arsitek asing bisa tidak sesuai dengan situasi, kondisi, dan nilai-nilai budaya lokal Indonesia.
Persoalan lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah perlindungan terhadap konsumen atau masyarakat terhadap rancangan gedung dari para arsitektur. Sebab jangan sampai terjadi masyarakat dirugikan oleh rancangan gedung tersebut.
Mendesak
Kondisi inilah, yang menurut Ketua Badan Penghargaan dan Sayembara Ikatan Arsitek Indonesia IAI), Samidirijono, mendesak untuk segera dibuat dan ditetapkan Undang-Undang (UU) Arsitek.
Menurutnya, UU Arsitek ini lebih diutamakan untuk melindungi masyarakat terhadap produk-produk yang dibuat arsitek dan bukan hanya melindungi arsitek saja.
"Masyarakat memang harus dilindungi. Sebab banyak kerusakan yang terjadi saat ini. Siapa yang punya uang dia bisa bangun gedung. Kerusakan itu terjadi karena banyak uang yang dikorupsi dan peraturan tidak berlaku. Akhirnya yang seperti ini. Kita tidak mau kan hal ini terus terjadi," ujarnya, baru-baru ini.
Bentuk perlindungan tersebut, misalnya, dari kecelakaan ketika masyarakat sedang menggunakan atau menikmati hasil rancangan arsitek. Misalnya, ujar Sami, ketika sedang berjalan di suatu lobi hotel, dan konsumen terjatuh maka si arsitek perlu dimintai pertanggungjawabannya.
"Kalau di luar negeri, arsitek bisa dituntut kenapa pilih bahan seperti itu sehingga membuat lantai lobi hotel licin. Di sini, bahan di dalam dipergunakan untuk luar jadi licin. Jadi hal-hal seperti itu yang perlu dilindungi. Kondisi seperti ini juga akan memacu arsitek untuk terus belajar terhadap perkembangan yang ada," kata Sami menambahkan.
UU Arsitek ini, lanjut Sami, juga akan mendudukkan arsitek pada porsi yang sebenarnya. Menurutnya, di seluruh negara di Asia hanya Indonesia yang sampai saat ini tidak memiliki undang-undang tentang arsitek.
"Padahal arsitektur itu kan lambang suatu negara. Kalau arsitektur kita sama dengan Amerika dan Eropa, lalu di mana kepribadian kita. Sekarang saja kita jalan dari Jakarta sampai ke Aceh, bentuk ruko yang begitu saja modelnya. Kita perlu lebih maju dan peduli terhadap lingkungan," papar Sami.
Saat ini, tim kelompok kerja (Pokja) IAI masih terus menggodok konsep undang-undang arsitek. Sebab seperti halnya UU Jasa Konstruksi dan UU Bangunan Gedung yang sudah keluar terlebih dahulu, IAI secara aktif ikut terlibat di dalamnya.(rep)
Sumber: http://www.medanbisnisonline.com
Griya | Kamis, 30 Oktober 2008 - 12:06 wib
SIRKULASI udara dan cahaya yang baik dalam rumah tidak hanya ditentukan oleh jumlah bukaan. Melainkan juga ketersediaan void pada hunian dua lantai. Void adalah suatu ruang atau lantai hampa yang dibiarkan terbuka untuk memperluas kesan ruang. Secara visual, void bisa menghubungkan lantai atas dengan bawah.
"Dari segi sirkulasi udara maupun pencahayaan, dengan dibuatnya void, kita bisa mendapatkan cahaya dan aliran udara yang bergerak bebas," kata arsitek dari Universitas Tarumanegara Jakarta, Samidirijono. Meski begitu, umumnya pengertian void dipakai untuk menggambarkan ruang kosong tanpa lantai yang berada di lantai dua.
Lewat ruang tersebut, kita dapat melihat ruang di bawahnya, tapi tetap berada di bawah atap yang sama. "Fungsi dan kegunaan void dapat digambarkan sebagai tempat sirkulasi udara, ventilasi cahaya, agar ruang terasa lebih lega dan lapang, interaksi sosial secara visual, serta sebagai ruang transisi atau penghubung dan pengikat," sebut arsitek dan kontraktor dari Mitra Graha Asri Mandiri, Wisnu Brata.
Untuk menghadirkan sebuah void, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu ukuran dan luas rumah, struktur dan konstruksi, lokasi void, pilihan finishing dan aksesorinya, serta faktor keamanan. Void dalam hunian sebetulnya bisa ditaruh di mana saja, sesuai keinginan pemilik rumah, ingin membuat fungsi ruang menjadi apa.
"Void untuk tempat tinggal bisa digunakan di ruang tamu, ruang tengah, atau atrium yang di bawahnya dapat ditaruh taman kering atau kolam," kata pria yang akrab disapa Sami.
Memperlancar sirkulasi udara dan cahaya menjadi kegunaan utama void. Dengan adanya void, pertukaran dan aliran udara panas di lantai satu akan lebih banyak dan lebih cepat mengalir karena sirkulasi udara tidak hanya terjadi secara horizontal, juga vertikal.
Yang perlu ditambahkan di sini adalah, setelah udara panas tadi berhasil dialirkan ke lantai dua, maka harus diteruskan untuk dialirkan keluar sehingga rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh udara panas yang tidak mengalir dapat dihindarkan. Cahaya alami siang hari yang masuk ke area void akan membantu menerangi area dan ruang lain yang ada di sekitarnya.
Dengan demikian, kita dapat mengurangi pemakaian listrik. Bahkan, terkadang lampu-lampu yang dipakai di area void -misalnya lampu gantung? juga dipakai untuk menerangi kedua lantai yang ada. Apalagi jika area void terletak di area utama bangunan, maka akan semakin banyak ruang yang ikut diterangi lampu di area void tersebut.
Berkat sebuah void, ruang di lantai bawah akan terasa lebih luas dan lapang karena memiliki plafon yang lebih tinggi. Apalagi jika void itu ditempatkan berdekatan dengan jendela-jendela yang memiliki bukaan besar dan lebar. Maka cahaya yang masuk akan lebih banyak dan melimpah sehingga ruangan terasa semakin terang dan luas.
Didukung pengaturan sirkulasi udara yang baik, ruangan bervoid akan terasa lebih nyaman dan tentunya secara psikologis terkesan lebih lapang. Situasi kosong dan bisa saling melihat antara lantai atas dan lantai bawah bakal menimbulkan suasana yang menyatu di antara dua ruang tersebut.
Interaksi sosial pun akan lebih mudah terjalin dibandingkan tanpa menggunakan void. Demikian pula pada saat diadakan acara keluarga atau arisan. Orang-orang yang duduk di lantai dua akan dapat mengikuti dan mendengarkan acara yang berlangsung di lantai satu. Jadi, interaksi sosial yang terjalin bukan hanya secara visual, juga berupa audio atau pendengaran.
Ruang yang memiliki area void juga tidak akan terasa sesak dan pengap jika ditempati banyak orang. Void dapat ditata apik dengan permainan lampu gantung nan atraktif. Kini, sudah banyak tersedia bentuk lampu-lampu maupun pajangan dinding seperti wall hanging cantik untuk mengisi "kekosongan" void.(sindo//nsa)
sumber: http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/30/30/159009/merancang-void-fungsional-nan-cantik
[Republika Online]
18 Nopember 2005
jar
Perkembangan dunia arsitektur yang cukup pesat saat ini diyakini banyak pihak akan mendukung laju perkembangan sektor properti. Lebih dari itu, kemajuan di bidang arsitektur bisa menjadi sebuah kebanggaan bangsa karena menjadi simbol kemajuan sebuah negara.
Sementara itu, masuknya banyak arsitek dari manca negara yang merancang bangunan gedung di Indonesia membawa sebuah kekhawatiran tersendiri, khususnya di kalangan arsitek lokal. Sebab rancangan yang dibuat arsitek asing bisa tidak sesuai dengan situasi, kondisi, dan nilai-nilai budaya lokal Indonesia.
Persoalan lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah perlindungan terhadap konsumen atau masyarakat terhadap rancangan gedung dari para arsitektur. Sebab jangan sampai terjadi masyarakat dirugikan oleh rancangan gedung tersebut.
Kondisi inilah, yang menurut Ketua Badan Penghargaan dan Sayembara Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Samidirijono, mendesak untuk segera dibuat dan ditetapkan undang-undang (UU) arsitek.
Menurutnya, undang-undang arsitek ini lebih diutamakan untuk melindungi masyarakat terhadap produk-produk yang dibuat arsitek dan bukan hanya melindungi arsitek saja. ''Masyarakat memang harus dilindungi. Sebab banyak kerusakan yang terjadi saat ini. Siapa yang punya uang dia bisa bangun gedung, Kerusakan itu terjadi karena banyak uang yang dikorupsi dan peraturan tidak berlaku. Akhirnya yang seperti ini. Kita tidak mau kan hal ini terus terjadi,'' ujarnyan kepada Republika.
Bentuk perlindungan tersebut, misalnya, dari kecelakaan ketika masyarakat sedang menggunakan atau menikmati hasil rancangan arsitek. Misalnya. Ujar Sami, ketika sedang berjalan di suatu lobi hotel, dan konsumen terjatuh maka si arsitek perlu dimintai pertanggungjawabannya. ''Kalau di luar negeri, arsitek bisa dituntut kenapa pilih bahan seperti itu sehingga membuat lantai lobi hotel licin. Di sini, bahan di dalam dipergunakan untuk luar jadi licin. Jadi hal-hal seperti itu yang perlu dilindungi. Kondisi seperti ini juga akan memacu arsitek untuk terus belajar terhadap perkembangan yang ada,'' kata Sami menambahkan.
UU Arsitek ini, lanjut Sami, juga akan mendudukkan arsitek pada porsi yang sebenarnya. Menurutnya, di seluruh negara di Asia hanya Indonesia yang sampai saat ini tidak memiliki undang-undang tentang arsitek.
''Padahal arsitektur itu kan lambang suatu negara. Kalau arsitektur kita sama dengan Amerika dan Eropa, lalu di mana kepribadian kita. Sekarang saja kita jalan dari Jakarta sampai ke Aceh, bentuk ruko yang begitu saja modelnya. Kita perlu lebih maju dan peduli terhadap lingkungan,'' papar Sami.
Saat ini, tim kelompok kerja (Pokja) IAI masih terus menggodok konsep undang-undang arsitek. Sebab seperti halnya UU jasa konstruksi dan UU bangunan gedung yang sudah keluar terlebih dahulu, IAI secara aktif ikut terlibat di dalamnya.
''Jadi sekarang masih di godok tim pokja. Keinginan kami secepatnya bisa diajukan ke DPR. Tapi untuk masuk ke agenda DPR nampaknya juga agak susah karena berbagai sebab. Harapannya justru dari media agar bisa mendorong segera lahirnya undang-undang ini.Sebab arsitektur adalah kebudayaan. Jadi mau dibawa ke mana kebudayaan kita dengan arsitektur bangunan yang sekarang banyak berkembang,'' tandas Sami.
_____
Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di: http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=221707&kat_id=362
Sumber: http://groups.yahoo.com/group/belajardesain/message/805
Prinsip-prinsip dalam feng shui bukanlah mistik atau klenik. Jika dilakukan penelitian, maka akan ada bukti ilmiah yang memperkuat perhitungan tersebut.
Cina adalah bangsa yang sangat kaya akan khasanah seni dan budaya yang bernilai tinggi. Berbagai karya seni yang mengagumkan diciptakan oleh bangsa Cina jauh sebelum abad Masehi (SM).
Budaya Cina sangat kuat dipengaruhi oleh ajaran Taoism dan Confucianism. Pada tahun 2000 hingga 1000 SM, bangsa Cina kuno sudah mengenal dunia kedokteran, ilmu ekonomi, ketatanegaraan, budaya, dan teknologi lainnya. Salah satu yang berkembang hingga saat ini adalah metodologi peramalan dan analisa tata letak ruang yang dikenal dengan nama Feng Shui.
Saat ini feng shui sudah perkembang hingga ke berbagai penjuru dunia. Bahkan, dunia Barat sudah mulai memasukan pertimbangan feng shui dalam rencana penataan ruangan yang dibuat.
Di Indonesia sendiri saat ini banyak arsitek yang mulai mempelajari dan menggunakan feng shui dalam rencana dan pembuatan desain rumah dan bangunan. Bahkan, beberapa program studi arsitektur di sejumlah perguruan tinggi di Jakarta sudah memasukkan feng shui sebagai salah satu mata kuliah yang diajarkan.
Menurut pakar feng shui, Budiyono Tantrayoga, kata feng shui berasal dari gabungan kata 'feng' yang berarti angin (arah) dan 'shui' yang berarti air (tempat). Konsep dasar analisa feng shui adalah penentuan lahan, kombinasi sembilan istana delapan rumah, dan pergerakan bintang terbang. Logika sederhana feng shui adalah jika kita bisa berinteraksi serasi dan selaras dengan alam, maka kita akan mendapatkan suasana yang menguntungkan yang pada akhirnya akan mendatangkan banyak berkah/pengaruh keberuntungan dalam hidup.
''Tapi jika kita merusak dan menentang alam, maka kita akan menerima pengaruh yang merugikan, yang pada akhirnya akan mendatangkan banyak masalah atau problem dalam hidup kita,'' ujar Budiyono kepada Republika.
Dua sektor rumah
Perhitungan feng shui banyak digunakan dalam perencanaan dan penataan ruang. Ahli masalah Tao, Albert Hendra Wijaya, dalam situs Indonesia siutao, menyatakan dewasa ini feng shui rumah/bangunan memang terlihat lebih menarik dan lebih umum diminati orang. Ini mungkin karena feng shui rumah dirasakan lebih kuat pengaruhnya dalam menunjang kehidupan seseorang sebab penerapannya lebih nyata dalam mempengaruhi pola kehidupan.
Menurutnya, membuat rencana tata letak/ruang yang baik dalam feng shui rumah/bangunan harus memperhatikan beberapa hal. Yaitu pencahayaan, sirkulasi udara, keindahan, aspek keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan warna (masalah psikologi). Selain itu, arah, bentuk dan lokasi tanah serta rumah/bangunan itu haruslah baik dan sesuai fungsinya.
''Dalam feng shui rumah juga dikenal berbagai benda/bentuk tertentu yang sering digunakan sebagai atribut pelengkap sebuah rumah. Misalnya kaca, cermin cekung atau cembung, dan sebagainya,'' ujarnya.
Sedangkan menurut Budiyono, berdasarkan prinsip-prinsip feng shui, untuk membangun sebuah rumah atau bangunan lahannya harus bagus. Lahan yang bagus adalah yang memberikan keuntungan serta memiliki energi tumbuh. Misalnya, lahan yang terletak di bagian dalam sebuah tikungan jalan. Soal posisi menghadap ke arah mana itu tergantung masing-masing individu. Sebab tiap orang berbeda tingkat kecocokan arahnya. ''Jadi, menghadap utara, selatan, timur, atau barat itu sifatnya individual. Itu tergantung dari hitung-hitungan unsur alam yang bersangkutan,'' jelasnya.
Alumnus Akademi Akuntansi YAI ini menuturkan, penataan ruangan dalam rumah haruslah menguntungkan penghuninya. Misalnya letak dapur dan kamar mandi harus disesuaikan dengan kondisi perhitungan elemen penghuninya. Artinya, jika tidak serasi, maka bisa tidak menguntungkan.
Dalam setiap rumah, terbagi atas dua sektor, yaitu sektor tumbuh dan mati. Sektor tumbuh bisa digunakan untuk ruang makan dan ruang kerja. Sedangkan sektor mati cocok digunakan untuk kamar mandi, dan gudang.
''Yang tahu persis perhitungan sektor tumbuh dan sektor mati adalah ahli feng shui. Sebab memang ada perhitungannya,'' ungkap Budiyono.
Bukan mistik
Apakah perhitungan feng shui itu mistik ? Menurut seorang arsitek, Samidirijono, prinsip-prinsip dalam feng shui bukanlah mistik atau klenik. Jika dilakukan penelitian, maka akan ada bukti ilmiah yang memperkuat perhitungan tersebut.
Selain feng shui dari Cina, di Indonesia juga terdapat beberapa perhitungan tradisional. Misalnya, perhitungan di Jawa dan Kosala-Kosali di Bali. Sayang, selama ini tidak pernah ada penelitian untuk membuktikan sisi ilmiahnya.
''Selama ini nenek moyang kita kan hanya mengatakan ini boleh dan itu tidak boleh. Tapi mereka tidak pernah menyatakan kenapa. Harusnya inilah yang kita teliti dan kaji,'' ujar Sami, panggilan akrabnya, kepada Republika.
Prinsip feng shui, kata Sami, sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur bangunan. Yang terpenting dalam penataan ruang adalah kenyamanan penghuninya. Ini adalah prinsip arsitektur. Misalnya, ruang yang tidak panas, sirkulasi udara lancar supaya rumah tidak mati angin dan lebih nyaman.
Dalam feng shui dipelajari tentang air dan arah angin. Ilmu arsitektur juga mempelajari tentang arah angin. ''Jadi, keduanya punya prinsip yang sama, yaitu untuk kenyamanan penghuninya. Dan sekarang memang banyak arsitek yang menerapkan prinsip feng shui dalam penataan ruang. Bahkan, di beberapa program studi arsitektur sejumlah perguruan tinggi di Jakarta, feng shui sudah dijadikan salah satu mata kuliah,'' jelas Sami.
Sumber: http://qalbdesign.blogspot.com/2008/07/feng-shui-cara-penataan-rumah-prinsip.html
[Liputan Khusus]
Dominasi cat-cat yang sudah puluhan tahun eksis di pasar masih sulit ditembus cat-cat baru.
Banyak merek cat baru bermunculan dalam lima tahun terakhir: Catalya, Weatherproof, Novalux, Penta Prima, Carera, Epont Paint, dan lain-lain. Belum terhitung cat produksi rumahan yang dipasarkan di wilayah terbatas. Tapi, cat dekoratif berbasis air favorit developer perumahan (landed residential) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) belum berubah dibanding 2005.
Cat ICI, Mowilex, dan Nipsea Paint masih mendominasi. Masing-masing punya beberapa merek sesuai segmen pasar yang dituju: Mowilex dan Cendana (Mowilex), Dulux, Catylac, Maxilite, dan Par Emulsion (ICI), serta Vinilex, Nippon, Matex, dan Q-Luc (Nipsea Paint).
Di belakang ketiganya menyusul Jotun, Pancasona, Starlex, dan kombinasi merek seperti Dulux/Q-Luc, Mowilex/Vinilex, Vinilex/Metrolite, dan Jotun/Bital Asia. Bahkan, di beberapa perumahan kombinasinya bisa lebih dari dua, seperti Mowilex/Catylac/Vinilex dan Nippon/Levis/Catylac/Flora. Levis dan Flora produksi Akzo Nobel (Belanda).
Misalnya, untuk eksterior dipakai Mowilex, untuk interior bisa Catylac atau Vinilex. Tergantung mana yang dirasa paling cocok saat rumah dibangun. Bisa juga Nippon atau Levis untuk eksterior, Catylac atau Flora untuk interior. Hal itu dimungkinkan karena banyak rumah dijual secara inden (menunggu) dan developer tidak memiliki kesepakatan mengikat dengan konsumen.
Kombinasi cat murah
Karena itu pilihan merek menjadi lebih luas, dari 10 pada survei 2005 menjadi 20-an merek pada survei 2007. Ini tidak terlepas dari situasi pascakenaikan harga BBM akhir 2005 yang sangat memukul daya beli sekaligus melambungkan harga bahan bangunan. Salah satu kiat developer menyiasatinya dengan melakukan improvisasi pilihan material selain menyesuaikan tipe rumah.
Jadi, sebagian tetap memakai Dulux, Mowilex, Jotun, atau Vinilex, sebagian memadunya dengan cat yang lebih murah dari pabrikan yang sama atau pabrikan lain, sebagian lagi beralih ke merek yang dinilai relatif setara tapi lebih murah atau bahkan merek yang belum dikenal.
Perbedaan harganya memang jauh. Berdasarkan survei Estate di sejumlah toko bahan bangunan di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan misalnya, Dulux Super Gloss (eksterior-interior) dijual Rp55 ribuan/liter, Catylac Emulsion (eksterior-interior) hanya Rp55 ribuan/5 kg. Mowilex Gloss Enamel (eksterior-interior) Rp950 ribuan/peil (20 liter), Vinilex (eksterior-interior) Rp200 ribuan per peil (25 kg).
Semuanya untuk warna standar (tersedia dalam kartu warna), bukan warna customized yang harus dicampur dulu melalui software khusus (mesin ting-ting) sebelum diproduksi. Umumnya cat mahal memakai satuan liter, cat menengah dijual dalam kemasan kilogram.
Pilihan merek yang luas itu juga karena jumlah perumahan yang disurvei kali ini lebih banyak, 100 perumahan dari hanya 80 pada survei 2005, dan semua developer bersedia menjawab. Pada survei 2005 ada 25 perumahan yang tidak mau menyebut cat yang mereka pakai.
Makin berimbang
Dalam survei 2007 posisi ICI berimbang dengan Mowilex. Mowilex dipilih di 26 perumahan dan ICI di 23 perumahan, sekitar 70 persen masuk kategori perumahan menengah atas. ICI unggul di Depok (dipilih 6 dari 14 perumahan) dan Bekasi (4 dari 13 perumahan). Sementara Mowilex berjaya di Tangerang (9 dari 32 perumahan), juga di Bogor (7 dari 24 perumahan) dan Jakarta (4 dari 17 perumahan) dengan selisih tipis dibanding ICI yang dipakai 6 perumahan di Bogor dan 3 perumahan di Jakarta.
Setelah itu menyusul Nipsea, merek lain seperti Pancasona, Jotun, Decolite, dan Starlex, serta kombinasi dua merek atau lebih. Nipsea dipilih enam perumahan, semuanya perumahan menengah di Bodetabek, masing-masing dua di Bogor, Depok, dan Tangerang. Di perumahan menengah atas cat Nipsea dipakai sebagai kombinasi cat mahal. Misalnya, untuk eksterior memakai Mowilex atau Dulux, dan interior memakai Vinilex atau Q-Luc.
“Kami tidak mau hanya dapat untung besar. Kami ingin cat kami lebih banyak dikenal dan dipakai,” kata Hardjo Susanto, Marketing Manager PT Nipsea Paint and Chemicals, menjelaskan alasannya fokus di segmen menengah. Nipsea sendiri memiliki cat kelas atas, seperti Super Nippon Weatherbond yang antara lain dipakai di apartemen Amarapura, Lippo Karawaci (Tangerang).
Umumnya perumahan benar-benar memakai cat eksterior untuk ruang luar, dan cat interior untuk ruang dalam, dengan produk cat dari produsen yang sama atau berbeda. Itulah kenapa ada yang memakai Mowilex dan Dulux sekaligus. Ada juga yang memilih cat mahal untuk eksterior, cat murah untuk interior, atau bahkan cat yang lebih murah lagi untuk eksterior-interior.
“Untuk eksterior kita tetap pakai cat berkualitas. Tapi, untuk interior cat murah sudah cukup, asal pilihan warnanya cocok dengan gaya rumah,” kata seorang developer perumahan menengah atas di Serpong, Tangerang. Sementara seorang developer perumahan menengah di Bekasi Timur, berpendapat, ”Cat tak perlu mahal. Yang penting bisa bertahan tiga bulan (masa garansi rumah setelah serah terima),” katanya.
Lain lagi Henny Hendrawan, Marketing & Sales Director Mahogany Residence (Cibubur) yang memilih Jotun. “Material rumah menengah atas itu harus branded untuk menunjukkan yang kita jual memang produk berkelas,” ujarnya. Untuk itu ia sendiri yang menentukan spesifikasi dan merek bahan bangunan yang akan dipakai.
Variati Johan, Sales & Marketing Director Mowilex, menyatakan, mestinya pilihan cat didasarkan atas fungsi dan bukan segmennya. “Mau rumah BTN, rumah menengah, atau rumah mewah, catnya tetap harus berkualitas, karena rumah apapun butuh proteksi. Bagi konsumen jatuhnya justru lebih murah karena daya sebar dan daya tutup cat bagus itu lebih tinggi. Jadi, sekian tahun nggak perlu ngecat,” tuturnya.
Lebih siap
Mowilex, ICI, dan Nipsea tetap berjaya di kalangan developer karena sudah eksis lebih dari 30 tahun sehingga reputasinya sudah dikenal, jaringan distribusi luas, dan produk mudah diperoleh di toko-toko. “Nipsea adalah pionir cat tembok di sini. Saat Vinilex masuk akhir tahun 60-an, itulah awal orang Indonesia mengenal cat tembok. Saat ini pabrik kami mungkin yang terbesar, sekitar 90 ha, tersebar di Jakarta, Purwakarta, Gresik, dan Medan,” kata Hardjo.
Jangan heran meskipun yang langsung dipasarkan ke proyek tidak banyak, cat Nipsea tetap favorit. “Biasanya jika mereka (developer) sudah coba barang kami, selanjutnya akan pesan dari (pasar) ritel. Kami juga selalu menjaga kualitas. Harga murah, kualitas terjaga. Untuk cat sekelas kami orang jual Rp300 ribu, kami hanya Rp200 ribu. Jadi, yang sudah tahu akan pilih kami,” jelasnya.
Cat-cat lain, apalagi yang baru, meskipun relatif sama baiknya, tidak mudah menembus dominasi itu. “Belum dicoba toko sudah bilang cat kita jelek,” kata Bakti Gunawan, Managing Director PT Tirtamas Multi Karya, produsen Catalya dan Weatherproof. Ia perlu meyakinkan toko berkali-kali agar mau menjual catnya. Itu pun harus diiringi hadiah dan bantuan display. “Kalau tidak cat kita tidak dijual,” lanjutnya. Jotun yang sekelas dengan Dulux dan Mowilex juga belum banyak dipilih karena baru setelah krismon masuk Indonesia.
Pilihan warna cat ICI dan Mowilex pun lebih kaya. Warna-warna dasar seperti merah, kuning, dan hijau selalu ada. Kombinasi warna lain mengikuti tren. “Karena sekarang trennya modern minimalis, otomatis warna abu-abu naik,” kata Variati. Produsen juga menyediakan software yang bisa memproduksi warna-warna customized.
“Adanya jaminan warna-warna khusus itu membuat kita mudah mencocokkan dengan gaya rumah. Itu salah satu kriteria kami memilih cat,” kata Harimurti, Manager Operasional Puri Botanical Residence, Jakarta Barat.
Garansi produsen
Ketiga pabrikan juga intens menggarap pasar perumahan meskipun pangsanya lebih kecil dibanding pasar ritel, karena lebih efisien (cukup mendatangi developer), bisa menjadi alat promosi dan memperluas pasar ritel. Pasalnya, setiap rumah pasti akan dicat ulang (repainting). Bila pemilik puas dengan cat sebelumnya, ia cenderung akan memilih cat yang sama.
“Cat yang bagus itu awet. Setelah beberapa tahun warnanya tetap oke. Gradasi warna (seiring umur bangunan) akan terjadi tapi bertahap. Misalnya, dari hijau tua menjadi hijau muda. Cat tidak luntur dan mengapur kalau dipegang,” jelas Variati.
Untuk itu ada pabrikan yang membentuk divisi khusus yang menangani proyek. Tugasnya bukan cuma menjual cat tapi juga menyediakan jasa konsultasi, supervisi, sampai bantuan aplikasi. Jasa itu dibutuhkan karena cat bagus pun tidak akan optimal kalau aplikasinya tidak mengikuti aturan.
Puri Botanical misalnya, memakai Mowilex karena produsennya mau menyediakan aplikator. Jadi, harga sudah termasuk aplikasi. “Dengan begitu kalau hasilnya nggak bagus kita bisa komplain,” ujar Harimurti. Berbeda dengan produk lain yang bisa dilihat mereknya, cat hanya bisa diketahui kualitasnya setelah diaplikasikan.
Sementara Joko Santoso, Manager Realty Graha Kalimas (Bekasi), menyatakan memilih Dulux karena mutunya sudah teruji dan produsennya berani memberikan garansi sepanjang aplikasi di bawah supervisi mereka.
Produsen cat lain boleh jadi tidak melakukan hal itu, entah karena baru dan belum siap, terkendala dana, atau fokus menggarap proyek bangunan tinggi agar cepat dikenal. Karena itu jamak catnya belum menjadi pilihan developer perumahan.
Konsultan desain yang merancang rumah juga memengaruhi pilihan developer. ICI dan Mowilex banyak direkomendasikan karena rajin berinteraksi dengan komunitas itu melalui seminar, workshop, sayembara, dan lain-lain. “Mungkin ada cat lain yang tak kalah bagus. Tapi, kita tidak tahu karena tidak pernah disosialisasikan,” kata Samidirijono, seorang arsitek dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta. Yoenazh, Amel, Bunga
Sumber: http://www.housing-estate.com/index.php?option=com_content&task=view&id=939&Itemid=51
Tak hanya sebatas tukang gambar, Arsitek juga bisa memberi solusi dengan biaya yang terbatas
Davy Dotulung, Patersius, Edy Can
posted by kontan on 06/23/07
JAKARTA. Sebagai pasangan yang baru menikah, Sinta bersama suaminya berniat membangun rumahnya sendiri. Namun pasangan ini bingung membangun sebuah rumah sesuai dengan keinginan dan anggaran yang tersedia.
Mereka ingin membikin rumah yang nyaman, tahan lama, dan sehat untuk jangka panjang. “Kami harus memikirkan kemungkinan punya anak dan bagaimana bangunannya ke depan,” kata pegawai perusahaan pengolahan CPO ini.
Seperti juga kebanyakan orang, mereka sejatinya ingin berkonsultasi dan memakai jasa arsitek. Namun, mereka ragu lantaran mereka berpikir soal biaya. “Masyarakat memang selalu memandang jasa arsitek itu mahal. Padahal tidak seperti itu,” ujar Ketua Badan Sistem Informasi Arsitektur Ikatan Arsitek Indonesia, Samidirijono.
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) menilai pemahaman masyarakat atas tugas arsitek memang masih minim. Masyarakat selalu menilai arsitek adalah tukang gambar pada selembar kertas saja. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Kata Samidirijono, tugas arsitek juga mencakup merancang hingga mengawasi pembangunan rumah.
Seorang arsitek punya tugas dan tanggung jawab yang besar dalam merancang dan membangun rumah. Menurut Samidirijono, tugas seorang arsitek adalah membuat hunian yang layak dari segi kesehatan, kenyamanan, dan keamanan. “Tujuan dasarnya adalah membuat sejahtera penghuni rumah yang memakai jasanya,” ungkap Samidirijono.
Oleh karena itu, cakupan layanan dari arsitek terbilang cukup beragam. Mulai dari membuat rancangan denah rumah sampai dengan menjadi pengawas pembangunan bangunan.
Komunikasi menjadi kunci penting
Bagi yang punya anggaran terbatas, kata Samidirijono, tak perlu khawatir. Pengguna jasa arsitek bisa mengonsultasikan soal anggaran pembangunan rumahnya. Namun, agar semuanya berjalan lancar, “Klien harus terbuka soal anggaran yang dimilikinya,” ucapnya.
Sebab, dengan anggaran terbatas, arsitek akan mencari solusi atau pemecahannya. Solusi itu bisa dengan mencari bahan-bahan alternatif tanpa mengganggu aspek kenyamanan, kebersihan, dan estetika bangunan rumah. “Termasuk memberi saran rumah dengan biaya yang minim,” ungkapnya lagi.
Makanya, komunikasi yang intens menjadi kunci penting bila Anda ingin menggunakan jasa arsitek. “Sebab tugas lain seorang arsitek yang juga tak kalah penting adalah mewujudkan keinginan dan mimpi calon pemilik rumah,” ujar Samidirijono.
Wakil Ketua Umum IAI Bambang Barata menambahkan, dengan berdialog, arsitek bisa menerjemahkan keinginan pengguna jasa mereka. Makanya, Anda harus jeli memilih arsitek. “Sekarang ini ada kecenderungan arsitek aktif dan jam terbangnya tinggi tak maksimal dalam menerjemahkan kemauan klien,” jelasnya. Sebab, demi target, mereka umumnya sambil lalu saja menerjemahkan keinginan klien. “Jadi, pilih arsitek yang benar-benar menyediakan waktu untuk berkonsultasi,” ujar Bambang.
Secara umum, di tahap awal, arsitek membutuhkan masukan tentang penghuni rumah seperti jumlah anak, profesi pemilik rumah, hingga hobi para penghuni rumah. Dari informasi ini, arsitek akan membuat desain rumah. “Untuk tahap ini, kami tak jarang perlu konsultasi berbulan-bulan untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” ungkap Taufik Rahman, arsitek dari Hartaha Architect.
Dari pengalamannya, Taufik mencatat ada dua tipe ekstrem pengguna jasa arsitek yakni menyerahkan sepenuhnya kepada arsitek dan pemilik yang mau mencampuri detail pembuatan rumah. Soal biaya, jangan takut kemahalan. Sebab, IAI punya pedoman atas jasa arsitek ini. Walhasil, arsitek tak bisa sembarangan mematok harganya.
dari: kontan-harian.com
sumber: http://rahasia.1stfreehosting.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=22&Itemid=26&limit=9&limitstart=27 [Tuesday, 20 January 2009]
MEMILIH ARSITEK
posted by kontan on 06/23/07
JAKARTA. Memilih arsitek yang baik ternyata susah-susah gampang. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) mencatat, saat ini, ada ribuan orang yang berprofesi sebagai arsitek di Indonesia. Tapi, hanya 10.000 orang yang menjadi anggota IAI serta sekitar 300 orang saja yang memiliki sertifikat dari IAI.
Yang bikin runyam lagi, IAI ternyata melarang anggotanya melakukan promosi atau memasang iklan di media massa. Promosi biasa dilakukan dari mulut ke mulut. Jadi memilih arsitek yang baik memang harus jeli dan hati-hati.
Wakil Ketua Umum IAI Bambang Barata bilang, orang memilih arsitek biasanya berdasarkan rekomendasi atau dari informasi pengguna jasa sebelumnya. “Biasanya seorang arsitek atau perusahaan konsultan arsitektur itu sudah punya jaringan klien yang akan terus memakaijasa mereka apabila kliennya puas,” papar Bambang.
Arsitek yang baik memang harus bisa menerjemahkan keinginan pemilik rumah. Taufik Rahman, konsultan arsitek dari Hartaha Architect menyarankan untuk memilih arsitek yang benar-benar profesional.
Arsitek yang profesional itu bisa mendesain rumah. Desain yang dimaksud bukan hanya membuat rumah bagus dari luar dan di bagian dalam tetapi desain juga termasuk kenyamanan penghuni tinggal di situ. “Jadi cari arsitek yang mampu mendesain secara keseluruhan, misalnya segi kesehatan, hemat energi, penghematan ruang, ruang terasa sejuk dan dingin, dan sebagainya. Tapi tetap rumah itu harus terlihat menarik,” ucapnya.
Namun itu saja ternyata belum cukup. Ketua Badan Sistem Informasi IAI Samidirijono menyarankan, masyarakat sebaiknya memilih arsitek yang memiliki sertifikat atau tergabung dalam IAI.
Saran Samidirijono tentu bukan upaya promosi untuk organisasinya atau sekadar basa-basi. Sebab saat ini Indonesia belum memiliki payung hukum atau undang-undang arsitek. “Indonesia satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum memiliki undang-undang itu,” tegasnya.
Menurut Samidirijono, ketiadaan undang-undang ini membuat perlindungan terhadap masyarakat pengguna jasa arsitek otomatis tidak ada. “Masyarakat yang dirugikan tidak bisa menuntut arsitek,” katanya.
Makanya, dia menyarankan untuk memilih arsitek yang memiliki sertifikat atau tergabung dalam suatu organisasi.
Menurut Samidirijono, memilih arsitek yang tergabung dalam suatu organisasi atau bersertifikat setidaknya bisa memayungi masyarakat yang menderita kerugian akibat kelalaian arsitek.
Edy Can, Davy Dotulung, Patersius Sembiring
dari: kontan-harian.com
sumber: http://rahasia.1stfreehosting.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=22&Itemid=26&limit=9&limitstart=27 [Tuesday, 20 January 2009]
Jakarta, 4 Februari 2007
Salah satu kelemahan saya itu adalah menulis, karena kalau setiap mau 'nulis tiba-tiba hilang semua tuh pemikiran2 di kepala ini entah ke mana. Apalagi disuruh buat PR beginian oleh Ketua IAI DKI Jakarta, bingung nih mau nulis apa, karena seperti masalah banjir itu saat ini sudah terlalu kompleks dan klise.
Mulai dari kurangnya pengetahuan dan kesadaran kita akan hubungan sebab-akibat, seperti akibat asap kendaraan bermotor, pabrik-pabrik, atau penggunaan gas-gas yang berdampak pada pemanasan global sehingga mencairnya es yang ada di muka bumi ini, penggundulan hutan, penggunaan air tanah, yang kalau diungkapkan semua bisa jadi panjang sekali. Belum lagi kebijakan--baik tata ruang, lingkungan, atau lainnya yang semua berkaitan dengan "arsitektur", penerapannya, pengawasannya, penanggulangan, hingga soal korupsi, hukum, moral, dan mental.
Dalam setiap persoalan (seperti banjir ini) kita harus mencari "SEBAB"-nya bukan cuma selalu berusaha menyelesaikan persoalan dalam kondisi situasional yang terjadi. Selain dari yang disebutkan di atas, penataan ruang dan drainase juga menjadi pemicu terjadinya banjir ini, penutupan daerah-daerah resapan, penggundulan hutan, sedimentasi, pembuangan sampah dan kotoran.
Rasanya para pakar telah banyak menyebutkan apa dan bagaimananya mengenai banjir ini. Pada 2 Februari 2007 yang lalu di televisi, Patrialis Akbar, anggota DPR yang rumahnya ikut terendam banjir kali ini, bahkan mengatakan bahwa akibat banjir yang terjadi dengan ketinggian lebih dari satu meter, yang pertama adalah mengancam jiwa, kedua adalah harta benda. Di sini saya hanya mencoba untuk membuka wawasan kita kembali dengan mengungkapkan sedikit pengetahuan teknis yang saya miliki.
Hal-hal teknis yang perlu dilakukan ke depan adalah:
1. Terhadap Sedimentasi
- Sungai atau kali dan selokan secara berkala dikeruk, dibersihkan, juga dari sampah-sampah dan kotoran.
- Penyadaran akan kepedulian pada kita untuk tidak membuang sampah dan kotoran sembarangan.
2. Terhadap Aliran Air
- Water treatment 'pengolahan air' dilakukan di setiap bangunan sebelum dibuang ke selokan lingkungan.
- Water treatment 'pengolahan air' dilakukan di setiap kompleks (perumahan, perkantoran, dll) ataupun kelurahan sebelum dialirkan ke sungai ataupun selokan (riol) kota.
- Pembuatan kolam-kolam konservasi di 13 sungai yang masuk Jakarta (penerapan sistem hidrologi).
- Melanjutkan pelaksanaan pembuatan banjir kanal timur.
3. Terhadap Resapan
- Pembuatan sumur resapan di setiap bangunan.
- Memperluas atau membuat daerah hijau, serta untuk daerah terbangun melalui penerapan GSB (Garis Sempadan Bangunan) dan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang dikaitkan dengan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) dan ketinggian bangunan yang dinamis dan tidak kaku, serta mengarahkan pembangunan vertikal ataupun "rumah panggung" agar didapatkan ruang resapan yang lebih luas. (Penjelasan mengenai ini mungkin bisa panjang, tapi maksudnya adalah luasan atau denah lantai dasar diperkecil dari lantai di atasnya yang bisa lebih luas dari lantai dasar atau menjorok keluar gitu loh)
- Mengaktifkan situ-situ, rawa-rawa, serta daerah tangkapan air lainnya.
- Pembuatan resapan pada jarak tertentu--misalnya setiap jarak 20-50 meter--pada selokan (riol) kota, karenanya pengolahan air yang disebutkan di atas itu perlu agar tanah tidak tercemar.
- Penebangan hutan agar dibarengi dan diimbangi dengan reboisasi, bahkan dalam tahap sekarang reboisasi harus lebih banyak dibandingkan penebangannya.
Di samping itu perlu pula diterapkan sistem peringatan dini terhadap bahaya dan latihan kesigapan kita terhadap bencana, baik banjir, gempa, kebakaran, dll. Perencanaan yang matang dan penuh pertimbangan pun sangat diperlukan, contohnya seperti dalam perencanaan jalan, di mana pembuatan pembatas jalan yang terlalu tinggi tentunya dapat berakibat fatal bila banjir hadir di hadapan kita. Dan jangan lupa bahwa hukum pun harus ditegakkan, tanpa memandang pangkat dan derajat.
Dari sisi birokrasi kita harus mengubah mental, dari "kalau tidak ada duitnya tidak bergerak" menjadi bergerak, mengubah orientasi pembangunan dari yang bertumpu pada pertumbuhan menjadi pemerataan. Bahwa setiap pekerjaan, termasuk perancangan dan pembangunan haruslah diserahkan kepada ahlinya, bukan seperti sekarang di mana untuk rumah tinggal di bawah 200 m2 konon kabarnya tidak perlu pakai jasa ARSITEK. Bukankah ini sepertinya meniru apa yang dicontohkan penjajah Belanda saat mereka di sini selama 350 tahun lebih, bahwa yang perlu dirancang oleh arsitek itu hanya rumah-rumah atau bangunan-bangunan dan lingkungan milik orang Belanda ataupun tuan-tuan tanah yang kaya raya?
Demikian yang dapat disampaikan, pengetahuan ini seharusnya bukan hal baru, tapi mungkin bisa sebagai tambahan pengetahuan bagi yang belum mengetahuinya dan yang terpenting adalah implementasinya bagi kita dalam membangun negeri ini, inilah setitik ilmu yang bisa disumbangkan untuk Jakarta ataupun daerah-daerah lainnya di tanah air tercinta ini.
Salam arsitektur,
Samidirijono
(Anggota IAI DKI)
catatan: tulisan ini pernah dimuat di situs IAI pada tanggal 25 Februari 2007
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami