Survei Cat Favorit 2007 - Merek Lawas Masih Teratas

by - Mei 18, 2009

[Liputan Khusus]

Dominasi cat-cat yang sudah puluhan tahun eksis di pasar masih sulit ditembus cat-cat baru.

Banyak merek cat baru bermunculan dalam lima tahun terakhir: Catalya, Weatherproof, Novalux, Penta Prima, Carera, Epont Paint, dan lain-lain. Belum terhitung cat produksi rumahan yang dipasarkan di wilayah terbatas. Tapi, cat dekoratif berbasis air favorit developer perumahan (landed residential) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) belum berubah dibanding 2005.

Cat ICI, Mowilex, dan Nipsea Paint masih mendominasi. Masing-masing punya beberapa merek sesuai segmen pasar yang dituju: Mowilex dan Cendana (Mowilex), Dulux, Catylac, Maxilite, dan Par Emulsion (ICI), serta Vinilex, Nippon, Matex, dan Q-Luc (Nipsea Paint).

Di belakang ketiganya menyusul Jotun, Pancasona, Starlex, dan kombinasi merek seperti Dulux/Q-Luc, Mowilex/Vinilex, Vinilex/Metrolite, dan Jotun/Bital Asia. Bahkan, di beberapa perumahan kombinasinya bisa lebih dari dua, seperti Mowilex/Catylac/Vinilex dan Nippon/Levis/Catylac/Flora. Levis dan Flora produksi Akzo Nobel (Belanda).

Misalnya, untuk eksterior dipakai Mowilex, untuk interior bisa Catylac atau Vinilex. Tergantung mana yang dirasa paling cocok saat rumah dibangun. Bisa juga Nippon atau Levis untuk eksterior, Catylac atau Flora untuk interior. Hal itu dimungkinkan karena banyak rumah dijual secara inden (menunggu) dan developer tidak memiliki kesepakatan mengikat dengan konsumen.

Kombinasi cat murah

Karena itu pilihan merek menjadi lebih luas, dari 10 pada survei 2005 menjadi 20-an merek pada survei 2007. Ini tidak terlepas dari situasi pascakenaikan harga BBM akhir 2005 yang sangat memukul daya beli sekaligus melambungkan harga bahan bangunan. Salah satu kiat developer menyiasatinya dengan melakukan improvisasi pilihan material selain menyesuaikan tipe rumah.

Jadi, sebagian tetap memakai Dulux, Mowilex, Jotun, atau Vinilex, sebagian memadunya dengan cat yang lebih murah dari pabrikan yang sama atau pabrikan lain, sebagian lagi beralih ke merek yang dinilai relatif setara tapi lebih murah atau bahkan merek yang belum dikenal.

Perbedaan harganya memang jauh. Berdasarkan survei Estate di sejumlah toko bahan bangunan di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan misalnya, Dulux Super Gloss (eksterior-interior) dijual Rp55 ribuan/liter, Catylac Emulsion (eksterior-interior) hanya Rp55 ribuan/5 kg. Mowilex Gloss Enamel (eksterior-interior) Rp950 ribuan/peil (20 liter), Vinilex (eksterior-interior) Rp200 ribuan per peil (25 kg).

Semuanya untuk warna standar (tersedia dalam kartu warna), bukan warna customized yang harus dicampur dulu melalui software khusus (mesin ting-ting) sebelum diproduksi. Umumnya cat mahal memakai satuan liter, cat menengah dijual dalam kemasan kilogram.

Pilihan merek yang luas itu juga karena jumlah perumahan yang disurvei kali ini lebih banyak, 100 perumahan dari hanya 80 pada survei 2005, dan semua developer bersedia menjawab. Pada survei 2005 ada 25 perumahan yang tidak mau menyebut cat yang mereka pakai. 

Makin berimbang

Dalam survei 2007 posisi ICI berimbang dengan Mowilex. Mowilex dipilih di 26 perumahan dan ICI di 23 perumahan, sekitar 70 persen masuk kategori perumahan menengah atas. ICI unggul di Depok (dipilih 6 dari 14 perumahan) dan Bekasi (4 dari 13 perumahan). Sementara Mowilex berjaya di Tangerang (9 dari 32 perumahan), juga di Bogor (7 dari 24 perumahan) dan Jakarta (4 dari 17 perumahan) dengan selisih tipis dibanding ICI yang dipakai 6 perumahan di Bogor dan 3 perumahan di Jakarta.

Setelah itu menyusul Nipsea, merek lain seperti Pancasona, Jotun, Decolite, dan Starlex, serta kombinasi dua merek atau lebih. Nipsea dipilih enam perumahan, semuanya perumahan menengah di Bodetabek, masing-masing dua di Bogor, Depok, dan Tangerang. Di perumahan menengah atas cat Nipsea dipakai sebagai kombinasi cat mahal. Misalnya, untuk eksterior memakai Mowilex atau Dulux, dan interior memakai Vinilex atau Q-Luc.

“Kami tidak mau hanya dapat untung besar. Kami ingin cat kami lebih banyak dikenal dan dipakai,” kata Hardjo Susanto, Marketing Manager PT Nipsea Paint and Chemicals, menjelaskan alasannya fokus di segmen menengah. Nipsea sendiri memiliki cat kelas atas, seperti Super Nippon Weatherbond yang antara lain dipakai di apartemen Amarapura, Lippo Karawaci (Tangerang).

Umumnya perumahan benar-benar memakai cat eksterior untuk ruang luar, dan cat interior untuk ruang dalam, dengan produk cat dari produsen yang sama atau berbeda. Itulah kenapa ada yang memakai Mowilex dan Dulux sekaligus. Ada juga yang memilih cat mahal untuk eksterior, cat murah untuk interior, atau bahkan cat yang lebih murah lagi untuk eksterior-interior.

“Untuk eksterior kita tetap pakai cat berkualitas. Tapi, untuk interior cat murah sudah cukup, asal pilihan warnanya cocok dengan gaya rumah,” kata seorang developer perumahan menengah atas di Serpong, Tangerang. Sementara seorang developer perumahan menengah di Bekasi Timur, berpendapat, ”Cat tak perlu mahal. Yang penting bisa bertahan tiga bulan (masa garansi rumah setelah serah terima),” katanya.

Lain lagi Henny Hendrawan, Marketing & Sales Director Mahogany Residence (Cibubur) yang memilih Jotun. “Material rumah menengah atas itu harus branded untuk menunjukkan yang kita jual memang produk berkelas,” ujarnya. Untuk itu ia sendiri yang menentukan spesifikasi dan merek bahan bangunan yang akan dipakai.

Variati Johan, Sales & Marketing Director Mowilex, menyatakan, mestinya pilihan cat didasarkan atas fungsi dan bukan segmennya. “Mau rumah BTN, rumah menengah, atau rumah mewah, catnya tetap harus berkualitas, karena rumah apapun butuh proteksi. Bagi konsumen jatuhnya justru lebih murah karena daya sebar dan daya tutup cat bagus itu lebih tinggi. Jadi, sekian tahun nggak perlu ngecat,” tuturnya.

Lebih siap

Mowilex, ICI, dan Nipsea tetap berjaya di kalangan developer karena sudah eksis lebih dari 30 tahun sehingga reputasinya sudah dikenal, jaringan distribusi luas, dan produk mudah diperoleh di toko-toko. “Nipsea adalah pionir cat tembok di sini. Saat Vinilex masuk akhir tahun 60-an, itulah awal orang Indonesia mengenal cat tembok. Saat ini pabrik kami mungkin yang terbesar, sekitar 90 ha, tersebar di Jakarta, Purwakarta, Gresik, dan Medan,” kata Hardjo.

Jangan heran meskipun yang langsung dipasarkan ke proyek tidak banyak, cat Nipsea tetap favorit. “Biasanya jika mereka (developer) sudah coba barang kami, selanjutnya akan pesan dari (pasar) ritel. Kami juga selalu menjaga kualitas. Harga murah, kualitas terjaga. Untuk cat sekelas kami orang jual Rp300 ribu, kami hanya Rp200 ribu. Jadi, yang sudah tahu akan pilih kami,” jelasnya.

Cat-cat lain, apalagi yang baru, meskipun relatif sama baiknya, tidak mudah menembus dominasi itu. “Belum dicoba toko sudah bilang cat kita jelek,” kata Bakti Gunawan, Managing Director PT Tirtamas Multi Karya, produsen Catalya dan Weatherproof. Ia perlu meyakinkan toko berkali-kali agar mau menjual catnya. Itu pun harus diiringi hadiah dan bantuan display. “Kalau tidak cat kita tidak dijual,” lanjutnya. Jotun yang sekelas dengan Dulux dan Mowilex juga belum banyak dipilih karena baru setelah krismon masuk Indonesia.

Pilihan warna cat ICI dan Mowilex pun lebih kaya. Warna-warna dasar seperti merah, kuning, dan hijau selalu ada. Kombinasi warna lain mengikuti tren. “Karena sekarang trennya modern minimalis, otomatis warna abu-abu naik,” kata Variati. Produsen juga menyediakan software yang bisa memproduksi warna-warna customized.

“Adanya jaminan warna-warna khusus itu membuat kita mudah mencocokkan dengan gaya rumah. Itu salah satu kriteria kami memilih cat,” kata Harimurti, Manager Operasional Puri Botanical Residence, Jakarta Barat.

Garansi produsen

Ketiga pabrikan juga intens menggarap pasar perumahan meskipun pangsanya lebih kecil dibanding pasar ritel, karena lebih efisien (cukup mendatangi developer), bisa menjadi alat promosi dan memperluas pasar ritel. Pasalnya, setiap rumah pasti akan dicat ulang (repainting). Bila pemilik puas dengan cat sebelumnya, ia cenderung akan memilih cat yang sama.

“Cat yang bagus itu awet. Setelah beberapa tahun warnanya tetap oke. Gradasi warna (seiring umur bangunan) akan terjadi tapi bertahap. Misalnya, dari hijau tua menjadi hijau muda. Cat tidak luntur dan mengapur kalau dipegang,” jelas Variati.

Untuk itu ada pabrikan yang membentuk divisi khusus yang menangani proyek. Tugasnya bukan cuma menjual cat tapi juga menyediakan jasa konsultasi, supervisi, sampai bantuan aplikasi. Jasa itu dibutuhkan karena cat bagus pun tidak akan optimal kalau aplikasinya tidak mengikuti aturan.

Puri Botanical misalnya, memakai Mowilex karena produsennya mau menyediakan aplikator. Jadi, harga sudah termasuk aplikasi. “Dengan begitu kalau hasilnya nggak bagus kita bisa komplain,” ujar Harimurti. Berbeda dengan produk lain yang bisa dilihat mereknya, cat hanya bisa diketahui kualitasnya setelah diaplikasikan.

Sementara Joko Santoso, Manager Realty Graha Kalimas (Bekasi), menyatakan memilih Dulux karena mutunya sudah teruji dan produsennya berani memberikan garansi sepanjang aplikasi di bawah supervisi mereka.

Produsen cat lain boleh jadi tidak melakukan hal itu, entah karena baru dan belum siap, terkendala dana, atau fokus menggarap proyek bangunan tinggi agar cepat dikenal. Karena itu jamak catnya belum menjadi pilihan developer perumahan.

Konsultan desain yang merancang rumah juga memengaruhi pilihan developer. ICI dan Mowilex banyak direkomendasikan karena rajin berinteraksi dengan komunitas itu melalui seminar, workshop, sayembara, dan lain-lain. “Mungkin ada cat lain yang tak kalah bagus. Tapi, kita tidak tahu karena tidak pernah disosialisasikan,” kata Samidirijono, seorang arsitek dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta. Yoenazh, Amel, Bunga

 

Sumber: http://www.housing-estate.com/index.php?option=com_content&task=view&id=939&Itemid=51

You May Also Like

0 Post a Comment